IedulAdha, Hari penyempurnaan Ajaran Ilahi Al-Wahid Ditandai dengan Fathu Makkah tahun 8 Hijriyah tanggal 17 Ramadhan tersirat dalam Al-Quran: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, (1) dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, (2) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya.
Diposting Pada Kamis, 31 Agustus 2017 Khutbah Idul Adha 2017, Aktualisasi Esensi Ibadah Haji dan Qurban Dalam KehidupanAlhamdulillah, pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi, dirangkai dengan dua raka’at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri, mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi. Jamaah Idul Adha Rohimakumullah ! Hari ini di Mina, 10 Dzulhijjah, para jamaah haji harus berjuang keras menempuh jalan hingga beberapa kilometer, melewati sejumlah terowongan yang penuh sesak oleh jamaah lain, dan harus berdesak-desakan dengan dua juta lebih jamaah dari berbagai bangsa. Menjaga kepala agar tidak tertimpa batu-batu jamarat yang beterbangan di atas kepala, menjaga kaki agar tidak terinjak oleh jutaan kaki yang terus bergerak, menjaga pakaian yang hanya boleh dililit kebadan agar tidak terlepas, sambil menggenggam 7 butir batu, hanya dengan satu maksud, melontar jumrah aqobah. Di Tanah Suci Mekkah umat Islam berkumpul untuk melaksanakan ibadah haji, mereka berdatangan dari segenap penjuru dunia untuk memenuhi panggilan Ilahi. Tidak semua mereka yang datang dari golongan kaya harta, bahkan banyak di antara mereka adalah rakyat biasa, tidak menunggu-nunggu sampai kaya atau berpangkat tinggi, maka untuk mencapai cita-cita hidup itu mereka bekerja keras, berhemat dan meyimpan sedikit demi sedikit, dan untuk cita-cita mulia itu pula mereka dengan rela hati harus menempuh segala macam kesulitan, rintangan dan halangan. Ibadah Haji adalah ibadah tertua dalam sejarah umat manusia, dan ka'bah adalah bangunan suci pertama dimuka bumi ini. Sesungguhnya rumah Allah SWT yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia, ialah Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi penunjuk bagi semua manusia QS. Ali Imran 96 Dalam satu riwayat disebutkan, ketika Adam diusir dari surga ke bumi, ada satu hal yang paling ia sedihkan, yaitu Adam tidak bisa lagi mengikuti ibadah para malaikat bertawaf mengeliingi Arasy, yakni singgasana Allah SWT, kemudian Adam dihibur dengan dibangunnya ka'bah sebagai Batullah, miniatur atau tiruan'Arasy di bumi. Lalu Adam diperintahkan Allah SWT bertawaf mengelilingi Ka'bah. Jadi thawaf adalah cara ibadah menirukan malaikat mengelilingi Arasy, dan ternyata seluruh makhluk makrokosmos di jagat raya juga melakukan tawaf. Misalnya bulan dan bumi bertawaf mengelilingi matahari, dan matahari beserta seluruh familinya juga bertawaf mengelilingi pusat galaksi Bimasakti. Mereka semua dengan setia menyembah kepada Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah SWT bersujud apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohon, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar dari pada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah SWT maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah SWT berbuat apa yang Dia kehendaki. QS. Al-Hajj 18. Jamaah Idul Adha Rohimakumullah ! Menunaikan ibadah haji adalah memenuhi panggilan ilahi. Hanya orang yang memiliki keimanan mendalam dan keinginan kuat yang akan menyambut panggilan Ilahi itu. Walaupun jauh dan berat, tidak mudah dan tidak murah, namun jutaan kaum beriman ikhlas menunaikan ibadah haji ke tanah suci, bahkan dengan harus menunggu belasan tahun untuk menunggu giliran pergi. Ini adalah pertanda keimanan hakiki dan keislaman sejati. Ibadah haji adalah ibadah yang luar biasa dan istimewa, hal ini disebabkan beberapa hal Pertama, Ibadah haji adalah ibadah yang paling jauh, tidak ada ibadah yang Allah perintahkan kepada umat Islam yang harus dikerjakan jauh dari tempat tinggal kita kecuali ibadah haji. Sholat cukup dikerjakan di Masjid, puasa bisa dikerjakan di rumah, zakat bila harta kita sudah sampai nisab, tapi ibadah haji harus dilaksanakan di Kota Suci Mekah. Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya berapa jarak antara Indonesia ke Arab Saudi? Jarak Indonesia ke Arab Saudi yaitu km, jarak tersebut ditempuh selama 9 jam dengan menggunakan pesawat terbang. Kedua, Ibadah haji adalah ibadah yang paling besar biayanya, untuk musim haji tahun 2017 ini ongkos naik haji ONH ditetapkan oleh pemerintah sebesar 34 juta rupiah. Sementara bagi yang ingin mendaftar haji harus menyetor 25 juta per orang guna mendapatkan nomor porsi keberangkatan dan itu pun harus menunggu selama lebih kurang 17 tahun ke depan. Ketiga, Ibadah haji adalah ibadah yang paling beresiko. Betapa tidak, perjalanan menuju negeri orang, terbang selama 9 jam kemudian berdesak-desakan dengan jutaan jamaah haji dari berbagai belahan dunia, membuat ibadah haji menjadi perjalanan yang penuh risiko. Oleh karena itu, berangkat haji nilainya sama dengan perjalan fisabiilillah. Dari Aisyah ummul mukminin radhiyallahuanha, ia berkata, Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad? Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur, jawab Nabi SAW. HR. Bukhari no. 1520 Keempat, Ibadah haji adalah ibadah yang paling besar pula pahalanya. Allah SWT memberikan jaminan Surga bagi siapa saja yang mampu meraih haji yang mabrur. Sebagaimana terlukis dalam sabda Rasulullah SAW “Tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga” Jamaah Idul Adha Rohimakumullah ! Hari raya Idul Adha ditandai dengan peristiwa kemanusian dalam sejarah kehidupan manusia yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yaitu pengorbanan yang bermuara pada iman dan taqwa kepada Ilahi Rabbi, Allah semesta alam. Dengarlah dialog antara kedua anak manusia itu pada detik-detik terakhir menjelaskan mereka tiba pada kesepakatan besar itu; Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. QS. Ash-Shaaffat 102. Tidakkah kita melihat betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan Bunayya; anakku tersayang? Tidakkah engkau melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati- hati; Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu? Tidakkah kita merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Tapi lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dengan panggilan sayang; Wahal ayahku tersayang! Tapi alangkah agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu! Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia mengatakan; “Niscaya kan kau dapati aku, Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar. ltulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah manusia. Dr. Ali Syariati dalam bukunya Al-Hajj mengatakan bahwa Ismail adalah sekedar simbol. Simbol dari segala yang kita miliki dan cintai dalam hidup ini. Kalau Isma’ilnya nabi Ibrahim adalah putranya sendiri, lantas siapa Ismail kita? Bisa jadi diri kita sendiri, keluarga kita, anak dan istri kita, harta, pangkat dan jabatan kita. Yang jelas seluruh yang kita miliki bisa menjadi Ismail kita yang karenanya akan diuji dengan itu. Kecintaan kepada Ismail kita itulah yang kerap membuat iman kita goyah atau lemah untuk mendengar dan melaksanakan perintah Allah. Kecintaan kepada Ismail kita yang berlebihan juga akan membuat kita menjadi egois, mementingkan diri sendiri, dan serakah tidak mengenal batas kemanusiaan. Jamaah Idul Adha Rohimakumullah ! Bagi orang yang berkurban hendaknya menghadirkan niat di hatinya, bahwa ibadah kurban yang ia lakukan adalah perwujudan dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjauhkan diri dari bisikan-bisikan ingin dipuji sebagai dermawan atau sebagai orang yang mampu karena membeli hewan kurban yang termahal, lalu dikenal, naudzubillah. Dalam sebuah hadist Nabi SAW pernah berkisah kepada para sahabat, Dari Thariq bin Syihab, beliau menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat. Mereka para sahabat bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, Berkorbanlah. Ia pun menjawab, Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan. Mereka mengatakan, Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat. Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, Berkorbanlah. Ia menjawab, Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga. Dari kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, kita harus mengikhlaskan ibadah kita semata-mata karena dan untuk Allah SWT, jangan kita niatkan ibadah kurban kita kepada selain-Nya. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. QS. Al-Hajj 37. Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada keengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan. Ditengah suatu masyarakat, ketika orang kaya hidup mewah diatas penderitaan orang-orang miskin, ketika anak-anak yatim dan mereka yang papa merintih dalam belenggu nasibnya, ketika para penguasa menggunakan kekuasaannya untuk kesejahteraan dirinya bukan untuk memberi kesejahteraan kepada rakyat miskin, ketika para penegak hukum memihak orang kaya dari pada kebenaran. Dalam kondisi inilah maka esensi perayaan Idul Qurban yang sesungguhnya perlu kita aktualisasikan dengan pembelaan kepada mereka yang kurang mampu secara ekonomi, pembelaan terhadap mereka yang mendapat perlakuan tidak adil secara hukum, pembelaan terhadap mereka yang tidak mendapatkan haknya. Marilah makna dan nilai Idul Adha tidak sebatas kita maknai dengan ritual berkorban kambing, kerbau, sapi, 1 tahun sekali, tetapi hendaknya memaknai bahwa semangat untuk memberi dan peduli kepada sesama harus selalu ada dalam jiwa umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jamaah Idul Adha Rohimakumullah ! Demikianlah uraian khutbah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga kita yang berada di tempat ini diberikan kesempatan oleh Allah untuk mengunjungi Tanah Suci. Begitu pula untuk saudara-saudara kita yang saat ini tengah berjuang menunaikan ibadah haji, semoga selalu diberikan kesehatan, ketabahan, dan keselamatan. Amien Ya Rabbal Alamin. Penulis Mushanef, Staf Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sarolangun
Postedby: Redaksi Hidorid Rabu 23 Agustus 2017 Reply HIDORID - Berikut ini naskah khutbah Idul Adha 1438 Hijriyah, dirilis PP Hidayatullah. Semoga bermanfaat dan dapat dimanfaatkan seluas-luasnya kaum muslimin. DOWNLOAD, KLIK DI SINI (Acrobat Reader/Pdf) Rabu 29 Juni 2022 Kamis 23 Juni 2022 Kamis 16 Juni 2022 Jumat 10 Juni 2022
- Dalam khutbah Idul Adha yang disampaikan setelah shalat hari raya Idul Adha, kita dapat mendengarkan kembali kisah sejarah kurban dalam tradisi Islam. Itu adalah salah satu contoh khutbah Idul Adha 2023 yang umum dibacakan kembali. Jika kamu sedang membutuhkan referensi atau contoh khutbah Idul Adha untuk disampaikan kepada umat Islam di hari raya Idul Adha 2023 nanti, informasi di bawah ini mungkin dapat membantu. Idul Adha, adalah hari di mana umat Islam di seluruh dunia mengorbankan hewan. Ratusan ribu hewan dikorbankan pada kesempatan hari raya haji ini. Dengan begitu banyak daging, yang lalu didistribusikan kepada orang miskin. Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, kita mencari bimbingan-Nya, kita memohon pengampunan-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita sendiri dan tindakan berdosa kita. Barangsiapa Allah membimbing, tidak ada yang bisa menyesatkan dan siapa pun yang Dia sesatkan, tidak akan menemukan satu pun untuk membimbingnya dengan benar. Baca Juga Idul Adha Makin Dekat, Simak Rincian Harga Kambing dan Sapi Kurban 2023 Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dia adalah Satu dan tidak memiliki pasangan. Dia memberi kehidupan dan menyebabkan kematian dan Dia memiliki kuasa atas semua yang ada. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang terbaik dari ciptaan-Nya, dan yang paling dicintai-Nya. Dia menyampaikan pesan, memenuhi kepercayaan, menasihati bangsa, menghapus kegelapan darinya, dan berjuang di jalan agama sampai kematiannya. Semoga berkah dan damai Allah besertanya, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang telah menapaki jalan keunggulannya dan mengikuti bimbingannya sampai Hari Penghakiman. Muslim yang terkasih, Allah Ta'ala berfirman kepada orang-orang beriman [Hari ini Aku telah menyempurnakan agama Anda untuk Anda, menyelesaikan nikmat-Ku atas Anda, dan telah memilih untuk Anda Islam sebagai agama Anda] Al-Ma'idah 5 3. Ya, nikmat Allah kepada kita banyak dan tidak dapat dihitung. Yang terbesar di antara mereka adalah bahwa Dia telah membimbing kita kepada Islam. Jika Dia tidak membimbing kita kepada Islam, kita tidak akan dibimbing. Allah menciptakan kita untuk menyembah-Nya sepanjang tahun dan pada hari-hari khusus dan hari libur. Dia melipatgandakan pahala perbuatan baik kita. Oleh karena itu, hari raya Idul Fitri datang setelah bulan puasa Ramadhan, dan Idul Adha datang setelah haji dan hari Arafah. Ini adalah hari ketika Allah mengampuni banyak dosa hamba-hamba-Nya. Idul Fitri dalam Islam bukanlah buatan manusia; Allah-lah yang menciptakannya. Dia juga menetapkan aturan dan etiket khusus yang harus diikuti selama hari raya. Muslim seharusnya tidak melanggar hukum-hukum Allah. Baca Juga Resep Garang Asem Non Santan Olahan Ayam Kampung, Cocok Jadi Menu Makanan Idul Adha Muslim yang terkasih, kita bertemu di sini pagi ini untuk berdoa dan mendengarkan khotbah ini. Kita telah berkumpul bersama di satu tempat untuk menyembah Allah Ta'ala - meskipun kita memiliki tradisi yang berbeda, berbicara bahasa yang berbeda, dan memiliki warna yang berbeda. Inilah sebabnya mengapa Dia menahbiskan dalam agama ini segala sesuatu yang memperkuat ikatan cinta dan harmoni. Dia bahkan memperingatkan kita terhadap apa pun yang dapat memisahkan hati orang percaya. Allah berkata "Orang-orang beriman tidak lain adalah saudara" Al-Hujurat 4910. Dia juga mengatakan, berbicara kepada Nabi Muhammad damai dan berkah besertanya [Jika Anda telah menghabiskan semua yang ada di bumi, Anda tidak bisa menyatukan hati mereka, tetapi Allah telah menyatukan mereka] Al-Anfal 863. Saudara dan saudari terkasih, juga sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk saling menyapa pada hari raya Idul Adha, seperti yang biasa dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad damai dan berkah besertanya dan berkata "Semoga Allah menerima dari kita perbuatan baik kita." Akhirnya, saya berharap hari ini akan menjadi hari yang baik bagi kita semua dan bagi semua Muslim di seluruh dunia. Kami berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan umat Islam dari musuh-musuh mereka dan dari bahaya di sekitar mereka. Kita memohon kepada Allah untuk menerima perbuatan baik kita, mengampuni kesalahan dan kekeliruan kita, dan memohon kepada-Nya untuk menjaga kita di jalan yang lurus. Kami memohon kepada-Nya untuk memberi kami kekuatan untuk menjadi contoh Islam yang baik seperti Nabi damai dan berkah besertanya dan para sahabatnya. Semoga Allah membawa hari ini setiap tahun saat Anda dalam keadaan sehat dan sehat. Damai, rahmat, dan berkah dari Allah atas Anda semua. Demikian itu, susunan contoh khutbah Idul Adha yang mungkin dapat diterima oleh semua kalangan. Semoga dapat menginspirasi Anda. Kontributor Mutaya Saroh
Tekstulisan hari raya idul adha 2022. Teks Khutbah Hari Raya AidiladhaHaji 2021. Selain 10 Muharram puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini. Khutbah jumat sambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77 adalah isi khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Hari Raya Aidilfitri 2018 Syawal 1439H SeriesVideo 1 of Khutbah Idul Fitri Jaga Hati, Jangan Lalai Setelah Ramadhan Kita diperintahkan untuk menjaga hati. Karena hati ini sering lalai, apalagi bakda Ramadhan. Perhatikan khutbah Idul Fitri kali ini. Read More » Naskah Khutbah Idul Adha 2022 Paling Berkesan Hikmah dari Ibadah Qurban dan Haji Apa saja hikmah dari ibadah qurban dan haji? Ini adalah dua ibadah yang dilaksanakan pada Iduladha hingga hari tasyrik. Moga… Read More » Naskah Khutbah Idul Fitri 2022 Terfavorit Realisasi Syukur Bakda Ramadhan Bagaimana realisasi syukur bakda Ramadhan? Perhatikan khutbah Idulfitri penuh kesan dan terfavorit kali ini. Read More » Naskah Khutbah Idul Adha Hanya 10 Menit Pasrah kepada Allah di Masa Sulit Pandemi Khutbah Idul Adha kali ini menjelaskan mengenai solusi agar pandemi ini cepat selesai, sebenarnya bukan karena faktor berobat dan taat… Read More » Naskah Khutbah Idul Fitri 2021 Paling Berkesan Berbuka Puasa Ketika Berjumpa dengan Allah Silakan manfaatkan naskah khutbah Idul Fitri 2021 berikut ini, isinya amat berkesan dan singkat. Berpuasa hingga bertemu Allah, beribadah sampai… Read More » Naskah Khutbah Idul Adha Hanya 10 Menit, Lima Pelajaran dari Qurban Nabi Ibrahim Khutbha Idul Adha kali ini dibuat singkat karena kondisi pandemi, tetapi tetap ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari qurbannya… Read More » Cara Shalat Idul Fitri di Rumah dan Naskah Khutbah Hanya 7 Menit Dilengkapi Praktik Video Bagaimana cara shalat Idul Fitri di rumah? Bagaimana juga cara khutbahnya dan naskah khutbah ringkas sebagaimana yang dianjurkan saat pandemi… Read More » Khutbah Idul Adha 11 Kekeliruan dalam Ibadah Qurban Ada sebelas kekeliruan dalam ibadah qurban yang bisa diambil dari khutbah Idul Adha berikut ini. Khutbah Pertama الْحَمْدُ… Read More » Khutbah Idul Fitri Pemuda Pemberani, Saat Ini Engkau Di Mana? Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari Khutbah Idul Fitri kali ini untuk menyemangati para pemuda supaya menjadi lebih pemberani dalam… Read More » Khutbah Idul Adha Belajar dari Qurban Nabi Ibrahim Kisah Ibrahim saat akan menyembelih putranya Ismail bisa jadi pelajaran berharga. Perhatikan dalam Khutbah Idul Adha berikut ini. Read More » Khutbah Idul Adha Kesalahan dalam Ibadah Qurban Ibadah qurban mesti dilakukan sesuai tuntunan, jika tidak maka jadinya tidak diterima dan hanya jadi daging biasa. Read More » Khutbah Idul Adha Belajar dari Ibadah Qurban dan Haji Kita bisa menarik pelajaran dari ibadah haji dan qurban berikut ini. Baca dari naskah khutbah Idul Adha berikut ini. Read More » Khutbah Idul Fitri Misteri Umur dalam Filosofi Jawa Ternyata filosofi Jawa sangat menarik untuk ditelusuri, apalagi kalau kita merenungkan masalah umur dan angka dalam bahasa Jawa. Kita bisa… Read More » Khutbah Idul Fitri Istiqamah Selepas Ramadhan Bagaimana istiqamah setelah Ramadhan? Karena istiqamah itu penting. Read More » Khutbah Idul Adha 7 Pelajaran dari Hari Arafah Ini tujuh pelajaran menarik yang bisa digali dari hari Arafah dan amalan yang ada di dalamnya. Read More » Khutbah Idul Fitri Bagi yang Berubah Jadi Baik Selepas Ramadhan Khutbah Idul Fitri 1436 H Bagi yang Berubah Jadi Baik Selepas Ramadhan. Silakan download. Read More » Khutbah Idul Fitri Gemar Melakukan Dosa Besar, Bagaimana Bisa Meraih Kemenangan? Silakan download Naskah Khutbah Idul Fitri 1435 H Gemar Melakukan Dosa Besar, Bagaimana Bisa Meraih Kemenangan? Read More »KumpulanKhutbah Idul Adha Terfavorit. Kumpulan Khutbah Idul Adha Terfavorit. Home; Khutbah | Kam, 31 Agu 2017; Khutbah Idul Adha: Meneguhkan Totalitas Kepatuhan kepada Allah melalui Kurban Khutbah Idul Adha: Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Kurban. Khutbah | Jum, 9 Sep 2016; Khutbah Idul Adha: Spirit Berkurban dan Kepedulian Sosial Ilustrasi khutbah Idul Adha. Foto Iqbal Firdaus/kumparanMendengarkan khutbah setelah melaksanakan sholat Idul Adha adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Meski masih berlangsung di tengah pandemi, khutbah Idul Adha tahun ini tetap bisa dilakukan di rumah bersama Idul Adha memang bukan sebuah kewajiban, tetapi hal tersebut dapat menjadi sarana untuk berbagi ilmu kepada sesama umat Muslim. Sebab, khutbah Idul Adha bukan sekadar ladang pahala, melainkan kesempatan bagi umat Muslim untuk merefleksikan sedikit orang yang memanfaatkan momen ini untuk bermuhasabah, merenungkan berbagai hal yang telah terjadi di dalam hidup agar bisa menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi. Karena itu, penting bagi khatib untuk memilih materi khutbah yang memiliki nilai moril hingga dapat menggetarkan hati dan jiwa jamaah referensi, berikut contoh teks khutbah Idul Adha yang membuat menangis berjudul “Seberapa Besar Kita Sudah Berkurban?” oleh Alif Budi Luhur, dikutip dari NU menangis mendengarkan khutbah Idul Adha. Foto iStockContoh Khutbah Idul Adhaاَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَPerayaan Idul Adha selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua hal pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji. Jutaan Mulim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Kedua, pelaksanaan kurban atau penyembelihan sejumlah binatang ternak. Kesempatan ini sebagai bentuk solidaritas pelaksana kurban kepada kaum fakir, miskin, kerabat, dan tetangga sekitar dengan berbagi daging pelaksanaan ibadah tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah dan ajaran Nabi Ibrahim dan keluarganya. Meski tiap tahun Idul Adha dirayakan, sepertinya hanya sebagian kecil saja dari kita meneladani Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari. Kita seperti selalu baru ingat keteladanan tersebut menjelang Idul Adha. Sehingga ajarannya pun dilaksanakan hanya tiap tahun. Padahal, esensi ajaran beliau, terutama soal berkurban, memiliki makna yang luas dan bisa diterapkan dalam jangka waktu tak shalat Idul Adha hadâkumullâh,Seperti sering diceramahkan di panggung-panggung dakwah dan mimbar-mimbar khutbah, peristiwa hari raya kurban merujuk pada kisah diperintahkannya Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra semata wayangnya, Ismail. Bisa dibayangkan seandainya Nabi Ibrahim seperti ayah-ayah kebanyakan di dunia ini, betapa pedih dan teririsnya hati beliau saat hendak menggorok sang buah hati yang sekian lama ia Ibrahim, Ismail tentu adalah anugerah paling mahal. Lebih dari sekadar menghapus dugaan kemandulan istri beliau selama ini, melainkan sang putra adalah pribadi yang cerdas, sabar juga bijaksana. Ada masa depan gemilang dari dalam diri Ismail alaihis salâm. Tapi, Nabi Ibrahim bukan seperti ayah-ayah kebanyakan. Kecintaannya kepada Allah subhânahu wataâlâ yang memuncak mengalahkan segalanya. Melalui musyawarah dan persetujuan tanpa paksaan putranya itu, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah penyembelihan itu, meskipun pada akhirnya ritual itu batal ditunaikan atas kehendak Allah terhadap penyembelihan darah manusia Ismail oleh Nabi Ibrahim membuktikan bahwa perintah yang didapat dari mimpin tersebut sebatas ujian dan bahwa ritual pengorbanan nyawa manusia—sebagaimana tradisi biadab sejumlah kaum terhadulu—adalah hal yang dikecam keras. Nabi Ibrahim lulus dari ujian super berat, dan objek penyembelihan pun digantikan dengan domba yang shalat Idul Adha hadâkumullâh,Ada pesan menarik dalam kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya ini. Cerita tersebut menunjukkan bahwa tak ada harta paling sejati dan paling mahal disbanding ketundukan secara total kepada Allah subhâahu wataâlâ. Nabi Ibrahim mampu meruntuhkan seluruh cara pandang hidup yang mengatakan kekayaan duniawi, termasuk anak, adalah hal yang paling utama. Dalam Al-Qur’an sendiri dikatakanإِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu di sisi Allah-lah pahala yang besar.” QS at-Taghabun 15Kurban berasal dari bahasa Arab qurbân yang artinya “pendekatan diri”. Maksudnya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ajaran formal Islam, kurban dilaksanakan tiap tahun dengan menyembelih sejumlah hewan ternak tertentu. Oleh karenanya, kurban berhubungan erat dengan korban pakai o' dalam bahasa Indonesia. Sebab, seorang pelaksana kurban tengah mengorbankan sebagian hartanya berupa hewan ternak untuk dibagikan kepada Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi taâlâ tidak akan ada ruginya. Sikap semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh. Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah bermain-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” QS Al-An'am 32Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar?Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,Untuk membeli hewan kurban saja, kita kadang masih bersiasat untuk mendapatkan harga paling murah, jika perlu membelinya jauh pada bulan-bulan sebelumnya. Kita masih memilih uang paling kecil ketika kotak amal lewat di hadapan kita. Kita juga, misalnya, sering tak sudi berkorban sedikit tempat saat menaiki kendaaan umum, berkorban sedikit tenaga untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di manakah semangat kurban yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari?Kadang pula, karena kita mendapat sedikit pengetahuan agama, kita tak mau berkorban mendengarkan pendapat kelompok lain. Karena dianugerahi sedikit kedudukan, kita ogah mendengarkan unek-unek dan aspirasi orang adalah tentang melawan kecenderungan materialisme untuk senantiasa mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, serta meraih kebahagiaan yang lebih hakiki. Semoga al-faqir dan jamaah sekalian dapat menghayati dan menerjemahkan pesan kurban dalam kehidupan sehari-hari secara maksimal. Wallahu a’lam للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًاأَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْAllahuakbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya). Segala puji bagi Allah pemberi berbagai macam nikmat dan karunia.Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ 9× اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ عِيْدَ اْلأَضْحى عِبْرَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَ ألِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَيُّهَا الْإِخْوان إِتَّقُو ا اللهَ حقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ Allahu Akbar 3x walillahil hamd Saudara-saudara kaum Muslimin Muslimat yang berbahagia! Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan pula Idul Qurban, Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban. Di samping menyatakan rasa syukur, juga kita sampaikan permohonan kepada Allah SWT semoga segala aktivitas ibadah ini meraih sasarannya, yaitu menjadi bertambah dekat dengan Allah SWT, dekat dengan petunjuknya, dengan pertolongannya, dan dekat dengan ridhanya, hasil dari ibadah kurban. Tercapainya suasana dzikrullah mengingat Alah, hasil dari ibadah shalat. Mendapatkan ampunan, rahmat, dan petunjuk Allah SWT, hasil daripada kesabaran atas musibah yang telah menimpa. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an لَنْ يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ..... الحج37 “Daging hewan kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu….” al Hajj 37 إِنَّنِىۤ أَنَا اللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىْ طه 14 “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” Thaha 14. أُولَۤئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَۤئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ البقرة 157 “Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” al-Baqarah 157 Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Keimanan itu bukanlah semata-mata hanya ucapan yang keluar dari bibir belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu keyakinan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dan dari situ akan muncul bekas-bekas atau kesan-kesannya, sebagaimana semerbaknya bau harum yang disemarakkan oleh setangkai bunga mawar. وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ أُولٰۤئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ 7 فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ 8 الحجرات 7-8 “Tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” al-Hujurat 7-8 Salah satu bukti keimanan adalah bersedekah, sebagaimana sabda Nabi SAW الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ رواه مسلم “dan sedekah itu adalah bukti keimanan yang nyata. HR Muslim Ibadah sedekah memiliki banyak keutamaan terlebih jika sedekah itu dikeluarkan di waktu, tempat dan keadaan yang utama seperti mengeluarkan sedekah di bulan Ramadhan, untuk fakir miskin yang lemah tak berdaya tak dapat usaha, di 10 hari bulan Dzulhijjah, dan saat urusan yang penting seperti untuk orang yang sakit dan pada waktu musim pandemic seperti sekarang ini. Demikian dalam Tuhfatul Muhtaj Lisyarhil Minhaj h. 755-756. Maka dengan begitu keimanan seseorang kan semakin harum semerbak mewangi dengan bekas-bekas dan kesan-kesan yang ditorehkannya. Imam Abu Bakr al-Razi, menjelaskan bahwa; “Iman dalam hati seorang mukmin adalah seumpama sebatang pohon yang mempunyai tujuh dahan. Satu dahan mencapai hatinya, sedang buahnya adalah kehendak yang benar; satu dahan mencapai lidahnya, sedangkan buahnya adalah perkataan yang benar; satu dahan mencapai kedua belah kakinya, sedang buahnya berjalan menuju shalat berjamaah; satu dahan mencapai kedua belah tangannya, sedangkan buahnya adalah memberikan sedekah; satu dahan mencapai kedua belah matanya, sedang buahnya adalah memandang kepada pelajaran-pelajaran; satu dahan mencapai perutnya, sedang buahnya ialah memakan yang halal dan meninggalkan barang yang meragukan; dan satu dahan lagi mencapai jiwanya, sedangkan buahnya ialah meninggalkan dan mengendalikan keinginan-keinginan nafsu syahwatnya.” Allahu Akbar 3x walillahilhamd. Jamaah Shalat Id yang berbahagia! Semua ibadah yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan. Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. QS. Al-Ankabut 45. Puasa menanamkan ketakwaan dalam diri Muslim. QS. Al-Baqarah 183. Zakat untuk membersihkan hati dari sifat kikir QS at-Taubah 103. Kurban, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Kautsar إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ 1 فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ 2 “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Muhammad nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.” al-Kautsar 2-3 Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى شِرَاءِ اْلأُضْحِيّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَ مُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَ رُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَ إِذَا تَكَلَّمَ فِي شِرَائِهَا كَانَ كَلَامُهُ تَسْبِيْحًا وَ إِذَا نَقَدَ ثَمَنَهَا كَانَ لَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةٍ حَسَنَة وَ إِذَا طَرَحَها عَلَى اْلأَرْضِ يُرِيدُ ذَبْحَهَا اسْتَغفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهَا إِلَى اْلأَرْضِ السَّابِعَةِ وَ إِذاَ أَهرَقَ دَمَّهَا خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قطْرَةٍ مِن دَمِّهَا عَشْرَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه أحمد. “Barangsiapa keluar dari rumahnya pergi untuk membeli hewan korban maka akan dihitung bagi orang tersebut setiap dari langkah kakinya sepuluh kebaikan, dan di hilangkan atasnya sepuluh kejelekan, dan diangkat diberi atasnya sepuluh derajat. Dan ketika terjadi transaksi pembelian maka setiap ucapannya dihitung sebagai tasbih, dan ketika akad pembelian berlangsung maka setiap dirham satu rupiah disamakan dengan tuju puluh kebaikan, dan ketika hewan tersebut diletakkan dibaringkan di atas bumi untuk dipotong maka setiap makhluk yang ada di bumi sampai lapis ketujuh akan memohonkan ampun atas orang tersebut, dan ketika darah dari hewan tersebut telah dialirkan maka Allah SWT menjadikan setiap tetes dari darah tersebut sepuluh malaikat yang selalu memohonkan ampun sampai hari kiamat.” HR Ahmad. Adapun haji diwajibkan untuk memperbanyak dzikir, menyaksikan manfaat duniawi dan ukhrawi QS al-Hajj 27-28, mengokohkan ketakwaan, menjauhi rafats, fusuk, dan jidal. QS al-Baqarah 197. فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ. البقرة 197 “Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats perkataan kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” QS al-Baqarah 197. Dasar-dasar hikmah Allah menetapkan pokok-pokok fardhu dan dosa-dosa besar, telah ditandaskan oleh atsar yang di bawah ini "فَرَضَ اللهُ الْإِيمَانَ تَطْهِيراً مِنَ الشِّرْكِ، وَالصَّلاَةَ تَنْزِيهاً عَنِ الْكِبَرِ، وَالزَّكَاةَ تَسْبِيباً لِلرِّزْقِ، وَالصِّيَامَ ابْتِلاَءً لِإِخْلاَصِ الْخَلْقِ، وَالْحَجَّ تَقْرِبَةً لِلدِّينِ وَالْجِهَادَ عِزّاً لِلْإِسْلاَمِ، وَالْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ مَصْلَحَةً لِلْعَوَامِّ، وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ رَدْعاً لِلسُّفَهَاءِ، وَصِلَةَ الرَّحِمِ مَنْماةً لِلْعَدَدِ، وَالْقِصَاصَ حَقْناً لِلدِّمَاءِ، وَإِقَامَةَ الْحُدُودِ إِعْظَاماً لِلْمَحَارِمِ، وَتَرْكَ شُرْبِ الْخَمْرِ تَحْصِيناً لِلْعَقْلِ، وَمُجَانَبَةَ السَّرِقَةِ إِيجاباً لِلْعِفَّةِ، وَتَرْكَ الزِّنَى تَحْصِيناً لِلنَّسَبِ، وَتَرْكَ اللِّوَاطِ تَكْثِيراً لِلنَّسْلِ، وَالشَّهَادَةَ اسْتِظهَاراً عَلَى الْمُجَاحَدَاتِ وَتَرْكَ الْكَذِبِ تَشْرِيفاً لِلصِّدْقِ، وَالسَّلاَمَ أَمَاناً مِنَ الْمَخَاوِفِ، وَالْإَمَانَةَ نِظَاماً لِلْأُمَّةِ، وَالطَّاعَةَ تَعْظِيماً لِلْإِمَامَةِ." “Allah memfardhukan iman untuk membersihkan hati dari syirik, memfardhukan sembahyang untuk mensucikan diri dari takabbur, memfardhukan zakat untuk menjadi sebab hasil rezeki bagi manusia, memfardhukan puasa untuk menguji keikhlasan manusia, memfardhukan haji untuk mendekatkan umat Islam antara satu dengan lainnya, memfardhukan jihad untuk kebesaran Islam, memfardhukan amar ma’ruf untuk kemaslahatan orang awam, memfardhukan nahyu anil munkar untuk menghardik orang-orang yang kurang akal, memfardhukan silaturrahmi untuk menambah bilangan, memfardhukan qishas untuk pemeliharaan darah, menegakkan hukum-hukum pidana untuk membuktikan besar keburukan barang-barang yang diharamkan itu, memfardhukan kita untuk menjauhkan diri dari minuman yang memabukkan untuk memelihara akal, memfardhukan kita menjauhkan diri dari pencurian untuk mewujudkan pemeliharaan diri, memfardhukan kita menjauhi zina untuk memelihara keturunan, meninggalkan liwath untuk membanyakkan keturunan, memfardhukan pensaksian untuk memperlihatkan mana yang benar, dan memfardhukan kita menjauhi dusta untuk memuliakan kebenaran, dan memfardhukan perdamaian untuk memelihara manusia dari ketakutan dan memfardhukan kita memelihara amanah untuk menjaga keseragaman hidup dan memfardhukan taat untuk memberi nilai yang tinggi kepada pemimpin negara.” Demikianlah hikmah ibadah, agar kita tetap beriman dan bertaqwa. Tanpa iman pertahanan diri kita mudah rubuh dan manusia hidup mengambang tanpa arah. Tanpa taqwa, manusia mudah melanggar aturan dan jiwanya mudah dipermainkan setan. جَعَلَنَا اللهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْآمِنِيْنَ وَ أَدْخَلَنَا وَ إِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ فصلت 46 اَللهُ أَكْبَرُ 3× لَآ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. Khutbah Kedua اللهُ اَكْبَرْ ٧× لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اَلْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ وَحْدَهْ صَدَقَ وَعْدَهْ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهْ وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وَحْدَهْ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَةَ اِلَّا بِاللهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّٰهُمَ فَصَلِّ وَسَلِمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ كَنْزِ الرَّحْمَةِ وَعَلٰى اٰلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ. أَمَا بَعْدُ، فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِيٍ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِيْمِيْنَ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّهُمَّ أَعِزِّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُنِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَخْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكـُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ. وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. Dikutip dari Naskah Khutbah Almaghfurlah Wakil Rais PCNU Kabupaten Sukabumi KH Imam Syamsudin ghafarallahu dzunubah wa satara uyubah wa askanahu faradisal Jinan, oleh Hikmatul Luthfi bin Imam Syamsudindownloadmateri khutbah idul adha terbaru, baiklah pemirsa blog ini akan saya bagikan tentang materi khutbah idul adha atau naskah khutbah hari raya kurban, sebentar lagi kita akan melaksanakan solat idul adha 1438 h, bagi kalian yang kedapatan tugas untuk khutbah dan ingin memiliki materi yang bagus berikut saya Khutbah Idul Adha Singkat, Padat, dan Mengharukan tentang Kisah Nabi IbrahimKhutbah Iاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ اَلْحَمْدُاللهُ أَكْبَرُ َحِيْمِ الرَّحْمَنِ، أَمَرَ بِالتَّرَاحُمِ وَجَعَلَهُ مِنْ دَلاَئِلِ الإِيْمَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ الْمُتَوَالِيَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ، وَالنِّعْمَةُ الْمُسْدَاةُ، وَهَادِي الإِنْسَانِيَّةِ إِلَى الطَّرِيقِ الْقَوِيْمِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِأَمَّا بَعْدُ فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَHadirin-hadirat jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah,Marilah kita senantiasa meningkatkan rasa takwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala hari ini yang dimulai setelah kita menyelesaikan shalat Id, kita disunnahkan untuk berkurban, yakni menyembelih binatang seperti kambing atau sapi yang kemudian dagingnya kita makan, kita hadiahkan dan kita sedekahkan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Kesunnahan berkurban ini berkaitan dengan sejarah Nabi Ibrahim alaihissalam yang diuji keimanannya oleh Allah untuk melepaskan sesuatu yang paling ia cintai di dunia ini, yakni dengan menyembelih malam tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu melalui mimpinya bahwa Allah memerintahkan kepadanya untuk menyembelih anak yang paling ia sayangi. Nabi Ibrahim merenung panjang, “Haruskah ia mengikuti perintah Tuhannya untuk melepaskan hal yang paling ia sayangi, hal yang paling ia sukai? Apakah mimpi ini benar dari Allah atau bukan?” Nabi Ibrahim sangat sedih dalam permenungan yang sangat panjang itu. Karenanya, pada tanggal 8 Dzulhijjah yang kita semua disunnahkan untuk berpuasa disebut dengan hari “tarwiyah” yang berarti “hari merenung”, yakni hari di mana Nabi Ibrahim alaihissalam melakukan permenungan panjang atas Nabi Ibrahim alaihissalam mendapatkan jawabannya pada malam hari berikutnya, yakni pada malam hari 9 Dzulhijjah, bahwa ia benar-benar diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anak kesayangannya yang bernama Ismail. Karenanya, tanggal 9 Dzulhijjah yang kita semua, umat Islam disunnahkan berpuasa disebut dengan “hari Arafah” yang berarti “pengetahuan”, yakni hari di mana Nabi Ibrahim alaihissalam mendapatkan jawaban atau pengetahuan atas perintah Allah yang ia ragukan dasar ketaatan kepada Allah yang sangat tulus, dengan latar belakang rasa cinta kepada Tuhan yang mengalahkan segalanya, Nabi Ibrahim alaihissalam benar-benar mantap dan bertekad akan menjalankan perintah-Nya, yaitu menyembelih Ismail, orang yang paling ia أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمدJamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,Kita tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nabi Ibrahim alaihissalam saat itu. Seorang ayah yang sudah lama sekali menanti memiliki keturunan, namun ketika dikaruniai anak melalui pernikahannya dengan Dewi Hajar, anak yang beliau impi-impikan itu harus disembelih dengan tangannya sendiri, padahal Nabi Ibrahim alaihissalam memiliki anak ketika usianya sudah sangat sepuh, yakni 86 QS. Ash-Shâffât 100-101 diceritakan bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam meminta kepada Allah diberi keturunan yang saleh, lalu Allah mengabulkannya dengan memberi anak yang هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ juga tidak bisa membayangkan bagaimana dialog Nabi Ibrahim alaihissalam dengan istrinya ketika meminta izin untuk menjalankan perintah Allah, yakni menyembelih anaknya. Sudah pasti perasaan keduanya hancur karena harus melepas kesayangannya. Perasaan keduanya gundah dan berkeping-keping karena orang yang paling ia sayangi akan mati di tangannya. Tapi, rupanya cinta Nabi Ibrahim alaihissalam dan istrinya kepada Allah subhanahu wata’ala melebihi segala-galanya. Demi mengikuti perintah Allah, keduanya rela melepaskan orang yang paling juga, kita tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan suami istri itu ketika meminta izin kepada anaknya yang akan dikorbankan, yakni Ismail alaihissalam. Tapi Ismail sendiri justru menguatkan tekad ayah dan ibundanya untuk menunaikan perintah Allah subhanahu wata’ بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.“Ketika anak itu memasuki usia dewasa, sudah berkembang, sudah bisa bepergian dan berjalan, Nabi Ibrahim alaihissalam berkata kepada anaknya Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu? Ismail anak Ibrahim menjawab Wahai bapakku, lakukanlah apa yang diperintah Allah kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku bagian dari orang-orang yang sabar” QS Ash-Shaffat 102.Setelah Nabi Ibrahim alaihissalam dan Ismail, anak yang akan dikurbankannya itu sampai di tempat yang diperintahkan menurut Ubaid bin Umair di tempat yang di kemudian hari disebut “Maqam Ibrahim”; menurut Mujâhid, di Mina, tiba-tiba Allah memberikan wahyu untuk menggantinya dengan dasar cinta kepada Allah yang melebihi segala-galanya, keluarga Nabi Ibrahim menjadi keluarga yang terberkati. Nabi Ibrahim diberi gelar “khalilullah” atau kekasih Allah, dan dari keluarga ini lahirlah keturunan-keturunan para nabi seperti Nabi Ishâq, Nabi Yaqûb, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” QS. Ash-Shâffât 110اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمدHadirin-hadirat yang dimuliakan Allah,Peristiwa Nabi Ibrahim yang sangat mendebarkan hati ini, bukan semata-mata arsip sejarah yang perlu dikenang jika dibutuhkan, tapi kisah ini memiliki makna, ibrah atau pelajaran yang perlu diambil dan diperhatikan bagi seluruh umat manusia. Kisah Nabi Ibrahim alaihissalam adalah simbol pengorbanan di dalam antara pelajaran itu, pertama, beriman atau beragama pada dasarnya melawan hawa nafsu atau kesenangan yang ada di dalam diri kita masing-masing. Setiap manusia cenderung mengikuti keinginan nafsunya, yakni ingin melakukan hal yang enak, menikmati segala kesenangan tanpa batas, merasakan segala keindahan dan yang lainnya tanpa mempedulikan hal tersebut menyakiti, merugikan atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain atau tidak. Di sinilah agama hadir memberikan seperangkat aturan, yakni mengatur perbuatan ini haram dan perbuatan itu halal, tindakan ini boleh dan tindakan itu tidak boleh, hal ini baik dan hal itu buruk, dan seterusnya. Dengan demikian masing-masing dari orang yang beragama seharusnya mematuhi aturan agama, bukan mengikuti kesenangan atau kehendak nafsunya. Dalam kisah Nabi Ibrahim, kenikmatan tertinggi disimbolkan dengan memiliki anak, tapi Nabi Ibrahim berhasil mengalahkan hawa nafsu kecintaan kepada putranya dengan mengikuti perintah Allah subhanahu wata’ atau ibrah yang kedua dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam di atas yaitu penegasan bahwa hak asasi manusia harus dijunjung tinggi, dalam hal ini hak hidup. Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim alaihissalam untuk menyembelih putranya bertujuan untuk menguji keimanannya atau ibtila` إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ, sehingga ketika beliau tulus hendak menunaikannya, Allah subhanahu wata’ala mengganti objek sesembelihannya dengan binatang. Penggantian “objek kurban” dari manusia ke binatang mengandung makna bahwa manusia memiliki hak untuk hidup yang seorang pun atas nama apa saja tidak boleh أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمدJamaah Idul Adha yang berbahagia,Ajaran menjunjung tinggi kemanusiaan dalam agama Ibrahim pada masa itu benar-benar sangat langka mengingat ada banyak kepercayaan suku yang melakukan persembahan kepada “tuhannya” atau qurbân dengan menggunakan darah manusia, sementara ajaran agama Nabi Ibrahim alaihissalam yang kemudian diteruskan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sedari awal dengan tegas mengharamkan meneteskan darah akan hak hidup dan hak-hak dasar lain yang dimiliki manusia di kemudian hari disampaikan secara jelas oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara berturut-turut, yakni dalam khutbah di Padang Arafah ketika beliau menjalankan ibadah haji yang dilakukan hanya sekali dalam seumur hidupnya atau dikenal dengan hajjah al-wadâ haji perpisahan pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke 10 H atau bertepatan pada tahun 632 M, dan dalam khutbah Idul Adha, sehari setelahnya pada tanggal 10 Dzulhijjah pada tahun yang kedua khutbah itu, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berpesan kepada semua orang yang hadir bahwa jiwa, harta, dan harga diri manusia memiliki kemuliaan yang tidak boleh dihilangkan oleh siapapun. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabdaأَيُّهَا النَّاسُ، اِسْمَعُوْا قَوْلِيْ، فَإِنِّيْ لَا أَدْرِيْ لَعَلِّيْ لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا بِهَذَا الْمَوْقِفِ أَبَدًا، أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، وَكَحُرْمَةِ شَهْرِكُمْ هَذَا، وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ، فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ، أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِيْ ضَلَالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ.“Wahai sekalian manusia, dengarkanlah perkataanku. Sesungguhnya aku tidak tahu, barangkali setelah tahun ini aku tak bisa lagi berjumpa dengan kalian selama-lamanya. Wahai umat manusia, sesungguhnya darah kalian, harta dan harga diri kalian itu mulia, sebagaimana mulianya hari ini dan bulan ini. Kalian kelak akan bertemu Tuhan, dan Ia akan bertanya kepada kalian tentang perbuatan yang kalian lakukan. Ingatlah, setelah aku wafat janganlah kalian kembali ke dalam kesesatan, di mana sebagian di antara kalian memukul atau membunuh sebagian yang lain.”أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ. كُلُّكُمْ لِأَدَمَ، وَأَدَمُ مِنْ تُرَابٍ. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله ِ أَتْقَاكُمْ. لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَبْيَضَ، وَلَا لِأَبْيَضَ عَلَى أَحْمَرَ فَضْلٌ إِلَّا بِالتَّقْوَى.“Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, leluhur kalian juga satu. Kalian berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Sesungguhnya paling mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Orang Arab tidak lebih utama daripada Non Arab atau ajam, Non Arab tidak lebih utama daripada orang Arab. Orang kulit merah tidak lebih utama daripada yang berkulit putih, orang kulit putih tidak lebih utama dari yang berkulit merah kecuali disebabkan tingkat ketakwaannya.”Khutbah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam di atas, baik yang disampaikan dalam khutbah di Padang Arafah maupun pada hari raya Idul Adha menegaskan, bahwa Islam, agama yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam pada abad ke 7 M sejak awal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمدHadirin-hadirat yang dimuliakan Allah,Pada hari raya Idul Adha ini, meski kita semua berada dalam kondisi dan situasi yang kurang mengenakkan karena pandemi, tapi dengan segala rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala kita masih diberi kesehatan dan keselamatan, sehingga kita dapat berusaha menggunakan kesempatan ini untuk menunaikan kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang Muslim. Kisah Nabi Ibrahim alaihissalam di atas mengajarkan kepada kita bahwa beragama adalah pengorbanan melawan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita masing-masing. Beragama adalah usaha menjadikan diri kita sebagai manusia seutuhnya, yakni manusia yang tidak diperbudak oleh nafsu atau manusia lainnya, melainkan manusia yang menghamba dengan seutuhnya di hadapan Allah subhanahu wata’ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَKhutbah IIاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمداَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِصْلَاحِ، وَحَثَّنَا عَلَى الصَّلَاحِ، وَبَيَّنَ لَنَا سُبُلَ الْفَلَاحِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِأَمَّا بَعْدُ فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. وقالَ رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً. اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِاللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا أَخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ. اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا دَيْنًا إِلَّا قَضَيْتَهُ، وَلَا مَرِيْضًا إِلَّا شَفَيْتَهُ وَعَافِيَتَهُ، وَلَا حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا إِلَّا قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا لَنَا يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ، وَيَا أَرْحَمَ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَعِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهُ أَكْبَرُ
Videoini di rekam pada Tanggal:10-Juli-2022jam:07:52 am Lokasi:Masjid Taqwa gampong SeutuiPenceramah:Ustadz Drs.Ridwan Ibrahim S.pddipanggil: Ustadz RidwanB
Hariraya Idul Adha atau biasa disebut hari Raya Kurban yang kita peringati setiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Walaupun, praktek kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan
PenyebutanMuharram sebagai "bulan Allah" (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat spesial. Melalui riwayat Ibnu Majah pula, puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun yang telah lewat. Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada hari-hari lain di bulan ini.